1. KISAH TENTANG KERANG
Suatu ketika ada seekor kerang datang menemui ibunya dengan menangis, agaknya dia menahan rasa sakit.
sang ibu tampak bingung,”mengapa engkau menangis..?ada apa dengan tubuhmu..?”
Si kerang kecil kembali menangis.Terdengar suara tertahan,”Ibu, tubuhku dimasuki menahanya, pasir itu masuk kecangkangku. Tolong ibu, tolong buka cangkangku.Aku tak tahan menahannya,rasanya sakit sekali...” Sayang sekali tampaknya sang ibu tak dapat memenuhi permintaan anaknya.
berhari-hari lamanya sikerang kecil menahan sakitnya, setiap hari sang kerang kecil menangis,setiap hari pula si kerang kecil berdo’a agar ia dapat terlepas dari derita semacam itu.Dia berharap agar pasir itu dapat dikeluarkan dari tubuhnya.Bertahun-tahun lamanya sikecil menangis tapi cangkang itu tak juga bisa terbuka,pasir yang ada didalanya punsemakin mengeras, membesar menjadi sebuah batu yang mengkristal.
Tiba-tiba ada seorang penyelam yang datang, lalu ia mengambul keran itu dari karang,dan membawanya kepermukaan.
“Hei lihat, aku temukan kerang mutiara disini” teriaknya keras, memberi tahu temannya yang ada diatas perahu.
Kedua oran itu trus merapat, salah satu diantaranya mengambil pisau dan mencungkil salah satu cangkangnya,tampak ada cahaya yang berkilau dari dalamnya,sebutir mutiara menempel disana. Begitu indah,tampak kedua penyelam itu tersenyum ”Terimakasih tuhan atas berkah ini”.
Penantian sang kerang kecil berahir,pasir yang awalnya tampak menyakitkan itu , kini berubah menjadi mutiara yang indah.
Penantian hidup dalam kesengsaraan,rasa risau serba tak cukup mungkin bukan pilihan setiap orang,banyak orang yang kemudian berputus asa, tak sedikitpun diantara mereka yang memilih untuk mengutuk sang pencipta. Kita harus belajar dari penantian sang kerang, untuk mengubah pasir mmenjadi mutiara bisa jadi hal yang sangat menyiksa. Sang kerang tidak tahu kapan conaan itu akan berahir.
dari sana kita belajar satu hal untuk mencapai suatu keagungan perlu waktu dan perlu kesabaran untuk menjadi hiasan para raja-raja dan bangsawan, sang kerang butuh malam-malam penuh do’a dan tangisan
Teman,tidakkah kisah ini menggambarkan sesuatu buat kita. Manakah kelak yang akan menjadi pilihan hidup kita..? menjadi kerang dengan mutuara berharga mahal..?
atau menjadi tiram yang dijual murah dipasar-pasar.?
Saya percaya setiap pilihan mempunyai resiko, tak ada yang tahu memang sampai kapan cobaan(pasir) yang kita jalani menjadi mutiara kelak.
tak ada yang tahu. Teman,hanya mereka yang sabar dan gigihlah yang kelak akan tahu jawabannya.
2. AIR MINUM GURUN
Seorang pria tersesat di gurun pasir. Ia hampir mati kehausan. Akhirnya, ia tiba di sebuah rumah kosong. Di depan rumah tua tanpa jendela dan hampir roboh itu, terdapat sebuah pompa air. Segera ia menuju pompa itu dan mulai memompa sekuat tenaga. Tapi, tidak ada air yang keluar.
Lalu ia melihat ada kendi kecil di sebelah pompa itu dengan mulutnya tertutup gabus dan tertempel kertas dengan tulisan,”Sahabat, pompa ini harus dipancing dengan air dulu.. Setelah Anda mendapatkan airnya, mohon jangan lupa mengisi kendi ini lagi sebelum Anda pergi.” Pria itu mencabut gabusnya dan ternyata kendi itu berisi penuh air.
“Apakah air ini harus dipergunakan untuk memancing pompa? Bagaimana kalau tidak berhasil? Tidak ada air lagi. Bukankah lebih aman saya minum airnya dulu daripada nanti mati kehausan kalau ternyata pompanya tidak berfungsi? Untuk apa menuangkannya ke pompa karatan hanya karena instruksi di atas kertas kumal yang belum tentu benar?” Begitu pikirnya.
Untung suara hatinya mengatakan bahwa ia harus mencoba mengikuti nasihat yang tertera di kertas itu, sekali pun berisiko. Ia menuangkan seluruh isi kendi itu ke dalam pompa yang karatan itu dan dengan sekuat tenaga memompanya.
Benar!! Air keluar dengan melimpah. Pria itu minum sepuasnya.
Setelah istirahat memulihkan tenaga dan sebelum meninggalkan tempat itu, ia mengisi kendi itu sampai penuh, menutupkan kembali gabusnya dan menambahkan beberapa kata di bawah instruksi pesan itu: “Saya telah melakukannya dan berhasil. Engkau harus mengorbankan semuanya terlebih dahulu sebelum bisa menerima kembali secara melimpah. PERCAYALAH!! Inilah kebenaran hukum alam.”
3. JANGAN SOMBONG
Ada seorang filsuf yang menaiki sebuah perahu kecil ke suatu tempat. Karena merasa bosan dalam perahu, kemudian dia pun mencari pelaut untuk berdiskusi.
Filsuf menanyakan kepada pelaut itu: ” Apakah Anda mengerti filosofi?”
“Tidak mengerti.” Jawab pelaut.
“Wahh, sayang sekali, Anda telah kehilangan setengah dari seluruh kehidupan Anda.
Apakah Anda mengerti matematika?” Filsuf tersebut bertanya lagi.
“Tidak mengerti juga.” Jawab pelaut tersebut.
Filsuf itu, menggelengkan kepalanya seraya berkata:
“Sayang sekali, bahkan Anda tidak mengerti akan matematika.
Berarti Anda telah kehilangan lagi setengah dari kehidupan Anda.”
Tiba-tiba ada ombak besar, membuat perahu tersebut terombang-ambing. Ada beberapa tempat telah kemasukan air,
Perahu tersebut akan tenggelam, filsuf tersebut ketakutan. Seketika, pelaut pun bertanya pada filsuf: ” Tuan, apakah Anda bisa berenang?”
Filsuf dengan cepat menggelengkan kepalanya dan berkata: “Saya tidak bisa, cepat tolonglah saya.”
Pelaut menertawakannya dan berkata: “Berenang Anda tidak bisa, apa arti dari kehidupan Anda? Berarti Anda akan kehilangan seluruh kehidupan Anda.”
Semua orang sebenarnya memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Bangga atas prestasi itu wajar saja, tetapi jangan sampai membuat diri sendiri menjadi sombong maupun angkuh akan prestasi tersebut. Ingatlah, selalu ada yang lebih pintar dari kita. Dan kita juga masih perlu belajar dari kelebihan orang lain.
4. SETIAP LANGKAH ADALAH ANUGRAH
Seorang profesor di undag untuk bericara di sebuah basis militer. Di sana ia bertemu seorang prajurit yang tak akan pernah di lupakannya, bernama Harry.
Harry yang di kirim untuk menjemput professor di bandara. Setelah saling memperkenalkan diri, mereka menuju ke tempat pengambilan kopor. Ketika berjalan keluar, Harry sering menghilang. Banyak hal yang di lakukannya. Ia membantu seorang wanita tua yang kopornya jatuh. Kemudian mengangkut anak kecil agar dapet melihat pemandangan. Ia juga menolong orang yang tersesat dna menunjukan arah jalan yang benar. Setiap kali, ia kembali ke sisi profesor dengan senyumnya menghiasi wajahnya.
“Darimana anda belajar hal-hal seperti itu?”, tanya sang profeor.
“Oh”, kata Harry. “Selama perang, saya kira”.
Lalu ia menuturkan kisah perjalanan tugasnya di Vietnam. Juga saat tugasnya membersihkan ladang ranjau, dan bagaimana ai harus menyaksikan satu persatu temannya tewas terkena ledakan ranjau di depan matanya.
“Saya belajar untuk hidup diantara pijakan setiap langkah”, katanya. “Saya tak pernah tahu apakah langkah selanjutnya merupakan pijakan terakhir, sehingga saya belajar untuk melakukan segala sesuatu yang sanggup saya lakukan tatkala mengangkat dan memijakan kaki. Setiap langkah yang saya ayunkan merupakan dunia baru, dan saya kira sejak saat itulah saya menjalani kehidupan seperti ini”. Kelimpaahan hidup tidak dapat ditentukan dengan berapa lama kita hidup, tetapi sejauh mana kita menjalani kehidupan yang berkualitas.