KHUSNUL KHOTIMAH adalah ahir kehidupan yang baik, maksudnya adalah
wafatnya seorang mu’min dalam keadaan beribadah kepada Allah SWT.
KHUSNUL KHOTIMAH |
Keutamaan
orang yang mati sahid dijelaskan pula pada sabda nabi “bagi orang yang sahid disisi Allah ia beroleh enam perkara, yaitu
diampuni dosanya pada awal mengalirnya darahnya, diperlihatkan tempat duduknya
disurga, dilindungi dari azab kubur, aman dari kengerian yang besar (hari
kiamat), dipakaikan perhiasan iman, dinikahkan dengan huru’in (bidadari surga),
dan diperkenankan memberi syafaat kepada 70 orang dari kalangan kerabatnya”
(HR. At-Tirmidzi, ibnu majah, dan Ahmad).
Orang
yang termasuk katagori sahid adalah orang yang berjaga-jaga diperbatasan yang
disebut ribap. Rosullullah SAW bersabda: “berjaga-jaga
(dijalan Allah sehari) dan semalam lebih baik dari pada puasa sebulan dan solat
sebulan. Bila ia meninggal, amalannya yang biasa ia lakukan ketika masih hidup
terus dianggap berlangsung dan diberikan rizkinya serta aman dari fitnah
(pertanyaan kubur)” (HR. Muslim).
Selain
gugur dijalan Allah ada beberapa orang yang dianggap mati sahid, rosullullah
SAW banyak menjelaskan dalam sabdanya bahwa matisahid itu tidak hanya gugur
dijalan Allah. Rosullillah SAW pernah bertanya kepada para sahabatnya: “siapa yang terhitung sahid menurut anggapan
kalian?” Mereka menjawab “wahai rosullullah, siapa yang terbunuh dijalan Allah
maka ia sahid” beliau menanggapi “kalau begitu, syuhada dari kalangan umatku
hanya sedikit” “bila demikian siapakah mereka yang dikatakan mati sahid, wahai
rosullullah?” tanyya para sahabat. Beliau menjawab “siapa yang terbunuh dijalan
Allah maka ia sahid, siapa yang meninggal dijalan Allah maka ia sahid, siapa
yang meninggal karena penyakit tha’un maka ia sahid, siapa yang meninggal
karena penyakit perut maka ia sahid, dan siapa ysng tenggelam maka ia sahid”
(HR. Muslim).
Namun
apakah semua orang yang mengalami musibah ini bisa disebut sahid? A’isyah ra
pernah bertanya kepada Rosullullah tentang penyakit yha’un, kemudian
Rosullullah menjelaskan “tha’un itu adalah adzab yang Allah kirimkan kepada
siapa yang dikehendakinya. Maka Allah jadikan tha’un itu sebagai rahmat bagi
kaum mu’minin. Siapa diantara hamba (muslim) yang terjadi wabah tha’un
ditempatnya berada lalu ia tetap tinggal dinegerinya tersebut dalam keadaan
bersabar, dalam keadaan ia mengetahui tidak ada sesuatu yang menimpanya
melainkan karena Allah telah menetapkan baginya, maka orang seperti ini tidak
ada yang patut diterimanya kecuali mendapatkan semisal pahala syahid. (HR. Al- Bukhari).
Ada
beberapa orang yang mendapatkan kemuliaan khusnul khotimah diantaranya adalah:
Orang
yang mengucapkan syahadat ketika meninggal dunia. Sebagai mana sabda nabi: “siapa yang ahir ucapannya adalah kalimat La
ilaaha illallah’ia akan masuk surga” (HR. Al-Hakim). Ucapan La ilaaha
illallah’ia tidak akan bisa di ucapkan ketika sakarotul maut jika kita
bergelimbang dosa dan belum sempat untuk bertaubat.
Dalam
hadis lain Rosullullah SAW bersabda: “tidak
ada seorang muslimpun yang mennggal pada pada hari jum’at atau malam jum’at
kecuali Allah akan menjaganya dari fitnah kubur.” HR. Ahmad At-Tirmidzi). Hari
atau malam jum’at adalah hari yang Allah peruntukan untuk orang-orang yang
khusnul khotimah, namun tidak berarti bahwa orang-orang yang meninggal pada
hari lain tidak mendapatkan keutamaan dan sebaliknya orang-orang yang meninggal
pada hari jum’at tak berarti terjamin terbebas dari siksa kubur. Hadis ini
sebenarnya bermakna khusus yang Allah hadiahkan bagi orang-orang yang
dicintainya.
Kemuliaan
khusnul khotimahpun disematkan kepada ibu-ibu yang meninggal pada saat
melahirkan. Rosullullah bersabda: “wanita
yang meninggal karena anaknya yang masih dalam kandunganya adalah mati sahid,
anaknya yang menariknya dengan tali pusarnya ke surga” (HR. Ahmad, Ad
darimi,ath thayalisi).
Orang
yang meningggal karena membela agamanya, keluarganya dan jiwanya mereka dijamin
sebagai orang yang sahid. Seperti yang telah dijelaskan dalam sabda nabi: “siapa yang meninggal karena mempertahankan
hartanya maka ia sahid, siapa yang meninggal karena membela keluarganya, maka
ia sahid, siapa yang meninggal karena membela agamanya maka ia sahid, dan siapa
yang meninggal karena mempertahankan darahnya maka ia sahid.” (HR. Abu Dawud,
An Nasa’i, dan At Tirmidzi).
Sungguh
orang-orang yang mendapatkan khusnul khotimah adalah orang-orang yang terpilih,
terpilih sebagai hamba Allah yang akan medapatkan surga. Karena cintanya Allah
kepada hamba-Nya yang terpilih maka Allah wafatkan dalam keadaan beriman.
Saudaraku,
lantas apa yang sudah kita lakukan untuk ini. Sudahkah kita memberi jaminan
kepada diri kita untuk menghadapi kematian? Kematian datang tanpa permisi,
tanpa toleransi jika kita sudah diputuskan untuk meninggal pada saat ini juga,
maka tidak ada daya kita untuk menolak. Semua itu berada pada diri kita, kita
yang akan menentuka meninggal dalam keadaan khusnul khotomah (mrninggal dengan
membawa iman) atau su’ul khotimah (meninggal tanpa membawa iman).
Semoga
artikel ini bermanfaat dan bisa menyadarkan kita bahwa maut senantiasa
mengawasi setiap langlah dan gerak kiata..