Pages

Pages

Tuesday, 9 June 2015

KHUSNUL KHOTIMAH


KHUSNUL KHOTIMAH adalah ahir kehidupan yang baik, maksudnya adalah wafatnya seorang mu’min dalam keadaan beribadah kepada Allah SWT. 

KHUSNUL KHOTIMAH
Setiap orang pasti mendambakan ahir hidupnya dengan kebaikan yang disebut dengan khusnul khotimah. Para sahabat Rosull sangt mendambakan mati sahit dalam medan peperangan karena mereka yakin akan kenikmatan yang akan mereka raih. Allah SWT telah menjaminnya akan terhindar dari siksa kubur, sebagai mana firman Allah: “janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur dijalan Allah itu mat; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rizki mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang di berikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati” (QS. Ali Imran : 169-170).


Keutamaan orang yang mati sahid dijelaskan pula pada sabda nabi “bagi orang yang sahid disisi Allah ia beroleh enam perkara, yaitu diampuni dosanya pada awal mengalirnya darahnya, diperlihatkan tempat duduknya disurga, dilindungi dari azab kubur, aman dari kengerian yang besar (hari kiamat), dipakaikan perhiasan iman, dinikahkan dengan huru’in (bidadari surga), dan diperkenankan memberi syafaat kepada 70 orang dari kalangan kerabatnya” (HR. At-Tirmidzi, ibnu majah, dan Ahmad).

Orang yang termasuk katagori sahid adalah orang yang berjaga-jaga diperbatasan yang disebut ribap. Rosullullah SAW bersabda: “berjaga-jaga (dijalan Allah sehari) dan semalam lebih baik dari pada puasa sebulan dan solat sebulan. Bila ia meninggal, amalannya yang biasa ia lakukan ketika masih hidup terus dianggap berlangsung dan diberikan rizkinya serta aman dari fitnah (pertanyaan kubur)” (HR. Muslim).
 
Selain gugur dijalan Allah ada beberapa orang yang dianggap mati sahid, rosullullah SAW banyak menjelaskan dalam sabdanya bahwa matisahid itu tidak hanya gugur dijalan Allah. Rosullillah SAW pernah bertanya kepada para sahabatnya: “siapa yang terhitung sahid menurut anggapan kalian?” Mereka menjawab “wahai rosullullah, siapa yang terbunuh dijalan Allah maka ia sahid” beliau menanggapi “kalau begitu, syuhada dari kalangan umatku hanya sedikit” “bila demikian siapakah mereka yang dikatakan mati sahid, wahai rosullullah?” tanyya para sahabat. Beliau menjawab “siapa yang terbunuh dijalan Allah maka ia sahid, siapa yang meninggal dijalan Allah maka ia sahid, siapa yang meninggal karena penyakit tha’un maka ia sahid, siapa yang meninggal karena penyakit perut maka ia sahid, dan siapa ysng tenggelam maka ia sahid” (HR. Muslim).

Namun apakah semua orang yang mengalami musibah ini bisa disebut sahid? A’isyah ra pernah bertanya kepada Rosullullah tentang penyakit yha’un, kemudian Rosullullah menjelaskan “tha’un itu adalah adzab yang Allah kirimkan kepada siapa yang dikehendakinya. Maka Allah jadikan tha’un itu sebagai rahmat bagi kaum mu’minin. Siapa diantara hamba (muslim) yang terjadi wabah tha’un ditempatnya berada lalu ia tetap tinggal dinegerinya tersebut dalam keadaan bersabar, dalam keadaan ia mengetahui tidak ada sesuatu yang menimpanya melainkan karena Allah telah menetapkan baginya, maka orang seperti ini tidak ada yang patut diterimanya kecuali mendapatkan semisal pahala syahid. (HR. Al- Bukhari).

Ada beberapa orang yang mendapatkan kemuliaan khusnul khotimah diantaranya adalah:
Orang yang mengucapkan syahadat ketika meninggal dunia. Sebagai mana sabda nabi: “siapa yang ahir ucapannya adalah kalimat La ilaaha illallah’ia akan masuk surga” (HR. Al-Hakim). Ucapan La ilaaha illallah’ia tidak akan bisa di ucapkan ketika sakarotul maut jika kita bergelimbang dosa dan belum sempat untuk bertaubat.

Dalam hadis lain Rosullullah SAW bersabda: “tidak ada seorang muslimpun yang mennggal pada pada hari jum’at atau malam jum’at kecuali Allah akan menjaganya dari fitnah kubur.” HR. Ahmad At-Tirmidzi). Hari atau malam jum’at adalah hari yang Allah peruntukan untuk orang-orang yang khusnul khotimah, namun tidak berarti bahwa orang-orang yang meninggal pada hari lain tidak mendapatkan keutamaan dan sebaliknya orang-orang yang meninggal pada hari jum’at tak berarti terjamin terbebas dari siksa kubur. Hadis ini sebenarnya bermakna khusus yang Allah hadiahkan bagi orang-orang yang dicintainya.

Kemuliaan khusnul khotimahpun disematkan kepada ibu-ibu yang meninggal pada saat melahirkan. Rosullullah bersabda: “wanita yang meninggal karena anaknya yang masih dalam kandunganya adalah mati sahid, anaknya yang menariknya dengan tali pusarnya ke surga” (HR. Ahmad, Ad darimi,ath thayalisi).

Orang yang meningggal karena membela agamanya, keluarganya dan jiwanya mereka dijamin sebagai orang yang sahid. Seperti yang telah dijelaskan dalam sabda nabi: “siapa yang meninggal karena mempertahankan hartanya maka ia sahid, siapa yang meninggal karena membela keluarganya, maka ia sahid, siapa yang meninggal karena membela agamanya maka ia sahid, dan siapa yang meninggal karena mempertahankan darahnya maka ia sahid.” (HR. Abu Dawud, An Nasa’i, dan At Tirmidzi).
 
Sungguh orang-orang yang mendapatkan khusnul khotimah adalah orang-orang yang terpilih, terpilih sebagai hamba Allah yang akan medapatkan surga. Karena cintanya Allah kepada hamba-Nya yang terpilih maka Allah wafatkan dalam keadaan beriman.

Saudaraku, lantas apa yang sudah kita lakukan untuk ini. Sudahkah kita memberi jaminan kepada diri kita untuk menghadapi kematian? Kematian datang tanpa permisi, tanpa toleransi jika kita sudah diputuskan untuk meninggal pada saat ini juga, maka tidak ada daya kita untuk menolak. Semua itu berada pada diri kita, kita yang akan menentuka meninggal dalam keadaan khusnul khotomah (mrninggal dengan membawa iman) atau su’ul khotimah (meninggal tanpa membawa iman).

Semoga artikel ini bermanfaat dan bisa menyadarkan kita bahwa maut senantiasa mengawasi setiap langlah dan gerak kiata..