2 GOLONGAN YANG DIBENCI DALAM AGAMA
ISLAM
2 GOLONGAN YANG DIBENCI DALAM AGAMA
ISLAM ini merupakan golongan
yang salah dalam pandangan islam, dua golongan ini adalah:
Oranga
yang memandang bahwa kekayaan adalah sesuatu hal yang sangat penting, golongan
ini akan menjadikan hartanya sebagai Illahnya atau Tuhannya.
Oranga
yang dalam hidupnya tidak membutuhkan harta, dengan alasan bahwa harta akan
menjerumuskan manusia untuk lalai kepada Allah SWT. Mereka hidup diatas
sedekahnya orang-orang kaya sehingga ia tidak bisa menghidupi dan menafkahi
anak dan istrinya.
Lalu
bagaimana islam memandang mengenai masalah harta, apakah harta akan ditempatkan
menjadi salah satu tujuan hidup atau harta akan dijadikan singa ganas yang
sewaktu-waktu akan menerkamnya.
Al-qur’an
telah mengajarkan kepada kita bagaimana caranya kita menempatkan harta dalah
kehidupan kita, manusia diamanati dunia ini untuk dikelola sebaik-baiknya.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-qashash:77 yang artinya: “Dan carilah pada
apa yang telah di anugrahkan Allah kepadamu (kebahagian) negeri ahirat, dan
janganlah kamu melupakan bahagianmudari (kenimatan) dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan jangalah kamu
berbuat kerusakan di(muka ) bumi, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan. (Qs. Al-Qashash:77)
GOLONGAN YANG DIBENCI DALAM AGAMA
ISLAM ini berdasar pada ayat
diatas yang menjelaskan bahwa manusia meski memikirkan pentingnya kehidupanahirat tapi Allah juga menyinggung jangan sampai lupa dengan bagian kita
didunia ini. Jadikan dunia ini sebagai kebun dengan tanaman-tanaman kebajikan
yang akan kita tuai ketika kita menghadapi kehidupan ahirat.
Kita
juga diperintahkan untuk berbuat baik kepada orang lain dengann harta yang kita
punya. Para ulama tafsir banya uang mengulas tentang harta kekayaan. Pada hakekatnya
manusia dikaruniai kekayaan oleh Allah SWT berupa harta dan benda sebagai
sebuah amanah dan ujian yang harus dipergunakan sesuai dengan kehendak Allah
SWT.
Allah
SWT berfirman yang artinya: “Berimanlah kamu kepada Allah dan Rosul-Nya dan
nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu
menguasainya. maka orang-orang yang beriman diantara kamu dan menafkahkan
(sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.” (QS. Al hadid:7)
Harta
adalah salah satu perhiasan dunia yang Allah jadikan sebagai ujian dari
keimanan, sebagaimana firmanya yang artinya: “Harta dan anak-anak adalah
perhiasan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik
pahalanya dari sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS.Al
Kahfi:46)
Harta
bukan tujuan hidup bagi manusia namun hanya sebagai sarana atau bekal untuk
beribadah kepada Allah SWT. “berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan
ataupun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu dijalan Allah. Yyang
demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. At Taubah:
41)
Allah
telah mengingatkan manusia agar tidak tamak terhadap dunia. Allah telah
menciptakan manusia dalam tabiat mencintai harta kekayaan, akan tetapi Allah
SWT telah mengingatkan manusia agar jangan terlalu berlebihan mencintai
hartanya yang akan menyebabkan manusia melupakan akan kekayaan Allah. Manusia tidak
menyadari bahwa kekayaan yang diberikan Allah sebuah ujian yang nanti akan
dimintai pertanggung jawabannya ketika manusia menghadap Allah SWT.
Manusia
banyak yang lupa dengan harta kekayaan yang ia miliki, sehingga ia terlena
dengan hartanya yang menyebabkan manusia bersikap sombong dan kikir. Allah SWT
berfirman yang artinya: “Dan sesungguhnya manusia itu sangat ingkar tidak berterimakasih
kepada Tuhannya. Dan sesungguhnya manusia itu menyakksikan (sendiri)
keingkaranya dan sesungguhnya dia sangat bahil karena cintanya kepada harta”
(QS. Al A’diayaat:6-8)
Allah
juga berfirman dalam surat Al munafiquun ayat 9 “Hai orang-orang yyang beriman,
janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah,
barang siapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi”
(QS. AL munafiquun:9)
Ingatlah
dengan azab Allah yang menimpa Qorun, Allah membenmkan hartanya kedalam bumi. Atau
ingat pula dengan Salabah salah seorang sahabat nabi yang awalnya beriman saat
miskin tetapi kemudian lupa diri saat suudah kaya.
Kecintaan
manusia terhadap harta akan melupakan manusia pada kematian Allah SWT berfirman
dalam surat At taqasur ayat 1 hingga 8. :Bermegah-megahan telah melupakan kamu,
sampai kamu masuk kedalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui
(akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui, janganlah
begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu
benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqiin. Kemudian kamu pasti akan ditanyai
pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahan didunia itu).” (QS.
At Takaatsur:1-8)
Islam
memerintahkan umatnya untuk mencari kekayaan, karena dalam sariat islam ada ibadah
yang menuntut dalam segi harta yang besar, contohnya ibadah haji dan umroh ke
Mekah. Dalam Al-qur’an Allah memerintahkan manusia mencari rizki dan berusaha
dimuka bumi ini.
Allah
SWT berfirman yang artinya: “Apabila telah ditunaikan solat, maka bertebarablah
kamu dimuka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak
supaya kamu beruntung” (QS. Al Jumah:10)
Dalam
surat lain Allah juga berfirman yang artinya: “Dia lah yang menjadikan bumi ini
mudah bagi kamu, maka berjalanlah disegala penjurunya dan makanlah disegala
penjurunya dan makanlah dari sebagian rizkinya.” (QS. Al Mulk : 15)
Kebanyakan
orang pasti menginginkan kaya, aneh jika tidak bermimpi memiliki harta yang
banyak. Tapi hadis ini bisa menjadi renungan: “Dari Abdullah bin Amr ra dia
berkata bahwa Rosullullah SAW bersabda: “sesungguhnya pada hari
kiamat,orang-orang fakir kaum muhajirin akan mendahului orang-orang kaya
memasuki surga dengan 40 tahun lamanya” (HR. Muslim).
Orang
kaya akan lebih lama dihisab karena harus mempertanggungjawabkan semua harta
kekayaanya dari mana ia memperolehnya, para ulama menafsirkan hadis ini, bahwa
orang-orang fakir akan lebih dulu masuk surga meskipun miskin harta tapi pada
hakekatnya kaya hati karena keimanannya kepada Allah. Walaupun hidup seadanya
ia tidak pernah mengaeluh akan kehidupan dunia, justru dengan kemiskinanya ia
menjadi orang yang kona’ah atau merasa cukup dengan apa yang Allah berikan, ia
menjadi orang yang sabar dan bersukur atas segala yang Allah berikan kepadanya
walaupun sedikit serta menjauhkan dirinya dari sifat meminta-minta.
Tapi
islam tidak melarang manusia untuk kaya karena pada jaman nabi banyak sahabat
nabi yang kaya seperti Abdurrahman bin A’uf, Abu Bakar, Umar Bin Khatab dan
Usman bin Affan. Dengan kekayaan yang mereka miliki, mereka tidak merasa
sombong karena kekayaan mereka dihabiskan untuk perang dijalan Allah.
Harta
merupakan bagian dari rizki yang telah Allah tetapkan pada setiap hambanya. Dari
sebagian hamba dilebihkan atas sebagian yang lain, sehingga munculla istilah
kaya dan miskin. Akan tetapi siapa sebenarnya yang dikatakan sebagai orang
miskin?
Rosullullah
SAW bersabda: “Bukanlah kekayaan itu dari banyaknya harta, akan tetapi kekayaan
itu adalah rasa cukup yang ada didalam hati” (HR. Bukhari)
Ibnu
Hajar menafsirkan hadis ini bahwa yang dimaksud dengan kekayaan jiwa adalah
orang yang kona’an terhadap apa yang Allah berikan, dia tidak rakur dalam
urusan mengumpulkan harta dan tidak pula ia meminta-minta kepada manusia. Sedangkan
yang dimaksud dengan kefakiran jiwa adalah kebalikannya, dia tidak pernah
merasa cukup terhadap apa yang telah diberikan Allah, dalam mencari harta ia
selalu rakus dan menumpuknya seakan-akan
dia dengan hartanya akan hidup kekal.
Rosullullah
juga menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan kemiskinan adalah “bukanlah orang
ynng miskin itu orang yang meminta-minta kepada manusia untuk diberi satu atau
dua suap makanan, dan satu atau dua butir kurma, akan tetapi orang miskin
adalah orang yang tidak memiliki rasa cukup dalam hatinya yang membuat dirinya
tidak meminta-minta kepada orang lain dan orang yang tidak menyembunyikan
keadaanya, sehingga orang bersedekah kepadanya tanpa dia meminta-minta.” (HR.
Al Bukhari)
Kecukupan
dalam hati akan tumbuh, keridhoan menerima qo’da Allah dan berserah diri pada
takdir Allah. Ia menyakini bahwa apa yang ada disisi Allah adalah lebih baik.
Demikian
Pemapara artikel mengenai 2 GOLONGAN
YANG DIBENCI DALAM AGAMA ISLAM semoga bermanfaat dan biasa diambil
hikmahnya. amin